Menikmati Nasi Jemblung di Roemahkoe Resto


Blog ini saya mulai dengan menulis tentang makanan yang membuat saya jatuh hati. Saat liburan Lebaran kemarin, saya  mampir di kota Solo. Biarpun cuma sehari dan tak sempat jalan-jalan karena harus kembali melanjutkan perjalanan, saya menyempatkan diri mengunjungi Roemahkoe Resto untuk makan malam. 

Resto ini letaknya jadi satu dengan Roemahkoe Heritage Hotel, di jalan Dr. Rajiman. Ketika baru menginjakkan kaki di tempat ini, saya langsung terpikat dengan nuansa yang serba tempoe doeloe. Gaya bangunan mengingatkan saya pada rumah kuno jaman Belanda, dengan perabot serba antik, campuran gaya Jawa, Tiongkok, Eropa.

Berhubung perut sudah lapar, saya tak sempat mengagumi keindahan benda-benda yang ada di situ. Resepsionis yang sangat ramah pun segera mengantar saya ke dalam restoran, sambil menerangkan bahwa bangunan ini semula adalah hunian pribadi yang dibangun pada 1934 beralih fungsi menjadi hotel pada 2001. Bagian dalam restoran sama seperti bagian depannya, perpaduan gaya Jawa-Tiongkok-Eropa, dan kesan kuno tetap melekat di seluruh interiornya. 

Begitu pelayan datang, saya langsung memesan Nasi Jemblung, karena berdasarkan googling yang saya lakukan sebelumnya, menu ini merupakan yang paling recommended di sini, dan konon merupakan makanan bangsawan. Apalagi bahan utamanya lidah sapi. Sebagai penggemar lidah sapi, ini tak boleh dilewatkan. Untuk minumnya saya pesan Green Healthy, yaitu jus kemangi dan lemon. Sambil menunggu, saya dan keluarga menikmat sajian kerupuk legendar yang gurih. Kalau tidak salah legendar ini bahan dasarnya beras, seperti rengginang. Bagi penggemar keripik, tentu ini menjadi compliment yang menyenangkan.





Begitu pesanan Nasi Jemblung datang, saya terpukau dengan porsinya. Lumayan besar. Bagi saya yang doyan makan, porsi seperti ini sudah cukup mengenyangkan. Dan saya langsung mencicipi lidah sapinya. Wow, ternyata empuk banget, rasanya campuran gurih dan manis. Biasanya saya tidak suka masakan manis, tapi yang ini entah kenapa bisa diterima lidah dengan baik. Mungkin istilah 'melt in your mouth' cocok untuk mendefinisikan rasanya. Dipadu dengan sambal terasi, rasanya pas banget. Menurut ibu saya, rasa sambal seperti ini sudah susah didapat. Hm... Dan jus yang saya pesan cocok untuk menetralisir rasa manis dari Nasi Jemblung ini.

Nasi Jemblung
Saya juga mencicipi Selat Solo yang dipesan anak saya. Selat ini mungkin maksudnya salad ya. Ini sih tebak-tebakan saya sendiri. Kalau menurut anak saya, artinya memang selat, karena terendam kuah, hehehe. Rasa yang dominan sudah pasti manis, dan kuahnya lebih encer daripada kuah Nasi Jemblung. Yang unik, hidangan ini juga dibubuhi dressing huzarensla, yang rasanya mirip mayones tapi lebih gurih dan warnanya kekuningan. Dagingnya empuk, sehingga anak saya sanggup menghabiskannya. 

Selat Solo

Yang patut dicoba di resto ini juga Sosis Solonya. Saking semangat makan, sampai tak sempat memotret. Tapi tampilannya sangat beda dengan sosis solo yang biasa saya temui. Sosis yang ini kulitnya dikukus dan bentuknya mirip dadar gulung super gepeng. Isinya daging cincang yang dibumbui manis-gurih. Untuk mengimbangi rasa manis isinya, memang paling pas dimakan pakai cabe rawit.

Mungkin berkunjung ke resto ini di siang hari lebih menarik, karena ternyata resto ini juga bisa menjadi tempat wisata museum. Banyak benda-benda antik dan bersejarah di sini. Termasuk pajangan kliping-kliping tua berisi informasi tentang tokoh-tokoh pembaharu Indonesia, seperti H.O.S. Tjokroaminoto dan lain-lain. Yang agak mengganggu di resto ini adalah tempat parkir. Kebetulan karena sedang liburan, tempat ini penuh, sehingga  kami kesulitan memarkir kendaraan karena tidak ada penjaga parkir. Beruntung sekali, pengunjung di sini sabar dan mau bertenggang rasa, sehingga bersedia memindahkan mobil sejenak agar mobil kami bisa keluar.

Oya, soal harga, jujur saja tidak termasuk kategori mahal. Nasi Jemblung kalau tidak salah dipatok dengan harga Rp35.000. Hanya saja pajaknya lumayan tinggi 21%. Mungkin karena termasuk pajak hotel. Tapi yang jelas makan di sini is worth it! Pelayanannya juga the best. Dan jika saya sempat ke Solo lagi, sudah pasti Roemahkoe harus dikunjungi kembali.[]




Comments